Jumat, 23 April 2010

SEJARAH SANAD DAN RAHASIA 40 MURSYID RANTAI EMAS THARIQAH NAQSYBANDI-HAQQANI

Ceramah Qutb Mutasyarif maulana syaikh
Hisyam Kabbani ar-rabbani an-Naqshabandy Haqqani
Audzu bi-llahi mina syaitani rajim, Bismillahir Rahmanir Rahim.


Destur, ya Sayyidi, Madad!
Pertama-tama, kita mohon dukungan dari Maulana Syaikh Muhammad Nazim- 'ala-llahu darajati wa amdadna madadi-, Allah yang Maha Kuasa untuk mendukung kita, untuk membukakan maqam dihati kita, sehingga kami bisa berkata sesuatu, bila tidak akan sulit bagi semua orang untuk berkata-kata kecuali dari maqam Maulana Syaikh Nazim- qaddassa-llahu sirrahu- apa yang beliau bukakan kepada kita dan kita dengar, kita akan memperhatikan dan kalian juga akan memperhatikannya.
Alhamdulillah, Allah merahmati kalian dengan mempertemukan dengan Sultanul Awliya Maulana Syaikh Muhammad Nazim al Haqqani dan berada dibawah naungan "tarbiyah" beliau, dibawah pengamatan mata beliau, yang mengurus hati dan diri kita karena tanpa sebuah pembimbing sejati tidak seorang pun dapat menggapai Hadirat ilahiah dari Rasulullah saw, beliaulah yang akan membimbing mereka menuju Hadirat Ilahiah Allah yang Maha Kuasa. Allah yang Maha Kuasa menjadikan semua orang membutuhkan bimbingan. Tanpa seorang pembimbing Allah yang Maha Kuasa tidak menerima semua orang dan untuk ini Allah yang Maha Kuasa menjadikan Kekasih-Nya Muhammad saw menjadi pembimbing bagi seluruh ciptaan, menjadikan mereka menggapai hadirat ilahiah Allah yang Maha Kuasa.
Dan Rasulullah menjadikan para penerus beliau –mereka mewarisi rahasia ilahiah Rasulullah saw- untuk memjadi pembimbing seluruh Ummah, seluruh pengikut Rasulullah, untuk menjadikan mereka menggapai hadirat ilahiah Rasulullah saw. Tanpa menggapai ke Muhammad Rasulullah saw tidak seorang pun dapat menggapai 'La ilaha illa-llah'. Setiap orang harus dibimbing oleh seorang pembimbing dalam menempuh jalan-jalan Allah yang Maha Kuasa, menempuh jalan-jalan Rasulullah saw, sehingga Rasulullah saw akan membukakan pintu-pintu beliau dan menyambut dia yang datang dengan seorang pembimbing dan beliau akan membimbing dia ke hadirat ilahiah Allah yang Maha Kuasa. Rasulullah saw menunjuk Sayyidina Abu Bakr as Siddiq, Sayyidina Ali ridwanallahi alayhim, Sayyidina Umar, Sayyidina Utsman. Sahabat Rasulullah biasa menggunakan angka 124.000, dan inilah jumlah Sahabat 124.000 berdasarkan angka para nabi yang Allah Maha Kuasa utus kepada manusia. Allah yang Maha Kuasa mengutus 124.000 nabi kepada Anak-anak Adam a.s., dari zaman Nabi Adam sampai zaman Penutup para Nabi saw.
Dan untuk ini Sahabat Rasulullah biasanya 124.000 Sahaba, yang artinya setiap orang dipakaikan sebuah rahasia kenabian oleh Rasulullah saw salah satu dari 124.000 Nabi, setiap orang mewakili satu orang Nabi. Dan mengapa Sayyidina Abu Bakr as Siddiq mewakili Penutup para Nabi, Sayyidina Muhammad saw? Dan Rasulullah saw menjadikan semua Sahaba butuh untuk masuk menuju beliau melalui pintu Sayyidina Abu Bakr as Siddiq, karena Rasulullah saw menjadikan Sayyidina Abu Bakr as Siddiq sebagai kota dari rahasia-rahasia dan hikmah dan Pengetahuan ilahiah; yang Allah Maha Kuasa telah kenakan kepada Rasulullah, Rasulullah mengenakannya ke hati Abu Bakr as Siddiq. Dan Sayyidina Abu Bakr as Siddiq kemudian dikenakan dengan rahasia-rahasia Pengetahuan ilahiah, Hikmah Ilahiah dan Rahasia-rahasia Ilahiah ke Sayyidina Salman al Farsi. Dan kemudian Sayyidina Salman mengenakannya kepada Sayyidina Qasim, cucu dari Sayyidina Abu Bakr as Siddiq, Muhammadu-l Qasim. Lalu Sayyidina Muhammad al Qasim yang telah dikenakan dengan Samudera-samudera Rahasia-rahasia ilahiah, Hikmah dan Haqiqat-haqiqat menurunkannya kepada Sayyidina Jafar as Sadiq dan Sayyidina Jafar as Sadiq beliaulah cucu Rasulullah, keturunan Sayyidina Hassan dan Sayyidina Hussein, cucu-cucu Rasulullah saw. Dan Sayyidina Jafar as Sadiq mengenakan rahasia-rahasia ini ke Sayyidina Abu Yazid al Bistami, Sultan Para Cendekiawan, Sultan ul Arifin.
Dan Sayyidina Abu Yazid mengenakan rahasia-rahasia dan Pengetahuan dan Haqiqat-haqiqat ilahiah, Pengetahuan Rahasia-rahasia dan Hikmah ilahiah, Samudera-samudera ini dikenakan kepada Sayyidina Abu-l Hassan al Kharqani. Dari beliau diturunkan kepada Sayyidina Abu Ali Farmadi. Kemudian dari beliau ke Sayyidina Yusuf al Hamadani. Kemudian, dari beliau, itu harus dilanjutkan ke Sayyidina Abdu-l Khaliq al Ghujduwani, namun pada zaman itu Sayyidina Abdu-l Khaliq al Ghujduwani masih amat muda, beliau baru saja lahir. Dan karena itu Sayyidina Rasulullah saw secara langsung memerintahkan agar “Rahasia Kenabian ilahiah” ini, Samudera Haqiqat-haqiqat ilahiah ini, Samudera Rahasia-rahasia ilahiah, Samudera Pengetahuan ilahiah dikenakan dan disimpan terlebih dahulu dalam genggaman Nabiullah Khaidir balya Ibn Mulkan, Abu-l Abbas Quthubul alam sehingga beliau sendirilah nantinya yang akan mengajarkan tingkah laku dan melatih Sayyidina Abdu-l Khaliq al Ghujduwani. Dan karenanya itu untuk sementara berada dalam genggaman Sayyidina Khidir secara ruhaniah. Selanjutnya setelah waktunya cukup, Nabi Khidirlah yang melatih Sayyidina Abdu-l Khaliq al Ghujduwani sejak masa kanak-kanak sampai dia cukup dewasa untuk dikenakan pakaian ketuhanan dan kerasulan. Imamiya thariqah Siddiqi. Pada masa itu dikenal dengan nama “Thariqah Siddiqi”, bukan thariqah Naqsybandi seperti yang murid-murid kenal sekarang ini. Pada masa Sayyidina Abdu-l Khaliq thariqah ini dikenal juga sebagai “Thariqah Ghujduwani”. Setiap pembawa pembaharuan dikenakan thariqah Siddiqi mengubah menjadi seperti nama beliau pada zaman itu, contohnya sebagaimana saat sekarang ini dikenal sebagai thariqah Naqsybandi Haqqani. Ketika Syekh Abdul Kadir yang mengajarkannya maka berubahlah namanya menjadi Qodiriah Wa Naqsabandiah. Begitu juga tarekat Samaniah yang bersanad dari cabang tarekat As-Shidiqi Sayyidina Abdul Khaliq al-Ghujduwani. Dan kemudian Sayyidina Abdu-l Khaliq juga disebut Imam Khatm Khwajagan, yang telah ditunjuk oleh Allah yang Maha Kuasa secara langsung pada masanya. Ketika zaman Sayyidina Rasulullah emigrasi dari gua Tsur ke Madinah, dari Mekkah ke Madinah, dalam gua Tsur dan beliau melengkapi Sayyidina Abu Bakr as Siddiq, melakukan khalwat selama 3 hari dalam gua ini untuk mengenakan kekuatan-kekuatan kenabian kepada Sayyidina Abu Bakr untuk membawa ummat Rasulullah saw dan Rasulullah saw menjadikan beliau khalwat 3 hari dalam gua ini dan dalam gua ini pula beliau dikenakan rahasia-rahasia thariqah yang Allah Maha Kuasa pilihkan bagi Rasulullah saw.
Allah yang Maha Kuasa berfirman dalam Kita Al Qur'an Suci: ... wa alaw istaqamu ala tariqati la astaykanum maraan radaa...(?) apabila mereka terus berada dalam jalan ini, yang Aku pilihkan bagimu kekasih-Ku, Rasulullah saw Aku akan menjadikan mereka minum, mencurahkan dalam hati mereka air kehidupan yang akan menjadikan hati mereka hidup. Mereka akan selamat dengan Cahaya ketuhanan Allah yang Maha Kuasa, jika mereka tetap dalam jalan yang Aku pilihkan bagimu! Dan Rasulullah saw, beliau ada dalam Hadirat ilahiah Allah yang Maha Kuasa sebelum datang ke kehidupan ini; beliau memilih sahabatnya Sayyidina Abu Bakr as Siddiq menjadi satu-satunya yang akan menjadi Imam thariqah ini yang Allah Maha Kuasa pilihkan bagi beliau. Dan untuk ini beliau melengkapi Sayyidina Abu Bakr as Siddiq dan mengenakannya dengan seluruh kekuatan dan Rahasia-rahasia ilahiah dan Hikmah dan Haqiqat-haqiqat. Dan Rasulullah bersabda: “Akulah Haqiqat dan Rahasia dan Abu Bakr as Siddiq adalah pintunya. Akulah kotanya. Dan beliau bersabda: Akulah Kota Pengetahuan dan Sayyidina Ali adalah pintu Kota Pengetahuan. Sementara kota Haqiqat, Rahasia, Hikmah diberikan kepada Sayyidina Abu Bakr as Siddiq; beliaulah pintu kota Rasulullah saw itu”.
Dan setelah Rasulullah saw melengkapi Sayyidina Abu Bakr as Siddiq... Sayyidina Abu Bakr mencari gua yang sebelumnya mereka masuki. Maulana pernah berkata beliau mengambil potongan-potongan Jubbahnya dan menutup seluruh lubang dalam gua dengan itu, sehingga tidak ada yang keluar dari lubang dan menyakiti Rasulullah saw. Tapi satu lubang tidak tertutup, karena tidak ada Jubbah lagi untuk menutupinya, jadi beliau menutup lubang dengan kakinya. Dan Rasulullah meletakkan kepala beliau dipangkuan Sayyidina Abu Bakr as Siddiq dan lalu seekor ular datang dari lubang tersebut, menggigit kaki Sayyidina Abu Bakr as Siddiq dan kemudian, tanpa rasa takut (?) beliau menjatuhkan setetes air, yang jatuh ke wajah Rasulullah. Rasulullah melihat: Mengapa kau menangis? Allah yang Maha Kuasa menjanjikan kita kebahagian sepanjang masa, kebahagian bagi kita, bukan kesedihan, mengapa kau menangis? Beliau menjawab: Ya Rasulullah, air ini bukan sesuatu dari diriku, tapi dari luar. Aku takut ular ini akan datang dan menyakitimu karena ular ini datang. Kemudian Rasulullah saw berkata: Bismillahir Rahmanir Rahim , seluruh yang ular itu gigit dari tubuh Sayyidina Abu Bakr as Siddiq disembuhkan seperti sedia kala, dan Rasulullah saw berkata kepada ular: Keluarlah dari lubang dan ular itu merayap disamping Rasulullah saw. Lalu Rasulullah saw berbicara kepada ular: Apa maumu? Mengapa kau menggigit kaki Abu Bakkar as-Sidiq? Apa kau tidak tahu kalau Allah Maha Kuasa mencegah bumi untuk memakan tubunya ?. Ular menjawab: Benar, ya Rasulullah, tapi pada Hari (Perjanjian) Kebangkitan (?) aku mendapat sebuah janji dari Allah yang Maha Kuasa (bahwa aku diijinkan untuk melihat parasmu yang indah. Namun perbuatan Abu Bakkar dengan menutup lubang cahaya ini , Sayyidina Abu Bakr telah mencegahku untuk mendekat kepadamu dan melihat paras rupamu). (Janji itu diterima oleh ular pada Hari Perjanjian) ketika Allah berjanji kepada seluruh Nabi bahwa: Ketika kekasih-Ku, Nabi Muhammad saw muncul, kalian bukan lagi Nabi, kalian akan menjadi bagian dari Ummah beliau dan Rasulullah saw akan menjadi satu-satunya Nabi bagi kalian semua, - karena Rasulullah saw Nabi dari zaman pra-keabadian dalam Hadirat ilahiah Allah, sementara Nabi Adam a.s. belum lagi diciptakan, Nabi Adam a.s. masih berada diantara tanah dan Lumpur, belum muncul atau diciptakan dan Rasulullah saw sudah menjadi Nabi dalam Hadirat ilahiah Allah yang Maha Kuasa. Allah swt telah menerima pada Hari Perjanjian dari 2 Nabi. Maulana pernah berkata menjadi bagian dari ummah Rasulullah saw dan muncul pada akhir zaman yang artinya adalah sekarang ini, pada zaman terakhir ini, ummah terakhir. Kitalah ummah terakhir yang dekat ummah Imam Mahdi a.s. dan Isa a.s. Allah telah menerima dari Sayyidina Isa a.s. untuk mengutus dia kembali dan satu Nabi berkata: Aku tidak ingin kenabian! Ya Allah, jadikan aku bagian dari ummah Rasulullah saw dan namanya adalah “Razin”, salah seorang anak Bani Israel a.s. Dan nabi ini akan muncul pada zaman Mahdi a.s. dan Isa a.s. Dan seluruh nabi dengan sangat menyesal berkata kepada Allah yang Maha Kuasa: Ya Allah, kami tidak menginginkan kenabian, tapi jadikan kami bagian dari ummah Sayyidina Muhammad saw! - Dan kemudian Allah yang Maha Kuasa memerintahkan Rasulullah saw untuk meletakkan tangannya diatas tangan Siddiq dan mengundang seluruh 7.007 Imam thariqah Siddiqi Naqsybandi dan 40 Grandsyaikh beserta seluruh Murid mereka hingga Yaumu-l Qiyama dan kemudian Allah yang Maha Kuasa menurunkan Tangan Kekuasaan-Nya diatas semuanya dan dia berkata dengan Suara-Nya (?): Inna-lladhina yubaiunaka, innama yubaiuna-llah ..., memberikan bay'at kepada mereka semua Allah yang Maha Kuasa dan kemudian melakukan 'talqin': Allah Hu, Allah Hu, Allah Hu, Haqq dan lalu Allah yang Maha Kuasa mengajarkan Rasulullah dan Sayyidina Abu Bakr as Siddiq Khatm Khwajagan dengan Lidah ilahiah-Nya.
Dan lalu Dia memanggil satu Grandsyaikh, Sayyidina Abdu-l Khaliq Ghujdawani, menunjuknya sebagai Imam Khatm sampai Yaumu-l Qiyama, yang artinya seperti yang Maulana Syekh Nazim Al-Haqqani katakan, “Tidak ada Khatm dimana pun diseluruh dunia spiritual dan tarekat sufi akan dilakukan, kecuali dibawah spiritualitas Abdul Khaliq Ghujdawani, diseluruh dunia”. Dan lalu Sayyidina Abdul Khaliq Ghujdawani meneruskan rahasia ini dan Samudera Pengetahuan dan Haqiqat ilahiah ini ke penerusnya, yaitu Sayyidina Arif Rigwari. Sayyidina Arif Rigwari memberikan kepada Sayyidina Mahmoud Injir Farnawi. Sayyidina Mahmoud Injir Farnawi memberikan kepada Sayyidina Ali Ramitani. Sayyidina Ali Ramitani memberikan kepada Sayyidina Muhammad al Ghujduwani. Sayyidina Muhammad Ghujduwani adalah ayah Baba Sammasi. Mereka berdua, yaitu Muhammad Ghujduwani dan Baba Sammasi, karena keduanya ayah dan anak, sehingga Awliya berkata Muhammad Baba as Sammasi, sebagai satu kesatuan, karena keduanya juga berada dizaman yang sama dan tidak salah satunya wafat tidak lama setelah yang lainnya wafat. Dan Sayyidina Muhammad Ghujduwani memberikan kepada Baba Sammasi. Sayyidina Baba Sammasi memberikan rahasia-rahasianya dan pengetahuan ini yang Rasulullah saw kenakan kepada Sayyidina Abu Bakr as Siddiq, ke Sayyidina Sayid Amir al Kullal. Sayyidina Amir al Kullal merupakan salah seorang Ahlu-l Bait Rasulullah saw juga, keluarga suci, dan dia biasa menghasilkan uang dan makan dengan memainkan kotak. Dan suatu ketika Sayyidina Baba Sammasi memandang ke arah jalanan, melihat sebuah keramaian besar, berkumpul dan menunggu temannya yang akan datang dan memainkan permainan disana. Kemudian dia memandang Sayyidina Baba Sammasi dengan satu kilasan lalu pergi. Kemudian Sayyidina Amir meninggalkan semuanya dan mengikuti Sayyidina Baba Sammasi ke Zawiya dan kemudian mengambil bay'at. Dia adalah murid yang baik sampai Sayyidina Baba Sammasi berkata: Anakku, kaulah penerusku dan Allah yang Maha Kuasa menunjukmu untuk melatih dan menjadi Imam thariqah Siddiqi pada zamanmu yaitu, Sayyidina Shahu Naqsyband.
Dan Sayyidina Amir mengajari, melatih Shahu Bahaudin Naqsyband dan pada waktu itu Shahu Naqshaband masih begitu muda, masa remaja dan mempunyai maqam yang begitu tinggi, melebihi maqam Syaikhnya, karena itulah Syaikhnya begitu terkejut, terkesima: Bagaimana ? Apalagi hal lain yang dapat aku berikan kepadanya ? Dan diapun berkata: Anakku, aku tidak mampu lagi memberikan kau lebih dari ini, kini kau harus menghadap ke Rasulullah saw, langsung karena hanya beliau lah yang mampu menjadi gurumu. Dan seperti inilah Sayyidina Shahu Naqsyband, Maulana berkata, mengambil dari Samudera-samudera ini, langsung dari Rasulullah saw, dan dialah Imam thariqah Naqsybandi ini, juga ditunjuk oleh Rasulullah saw dan Allah yang Maha Kuasa.
Dan kemudian Sayyidina Shahu Naqsybandi meneruskan rahasia-rahasianya kepada Sayyidina Alauddin al Bukhari. Dia adalah menantu Sayyidina Shahu Naqsyband dan ketika Sayyidina Shahu Naqsyband wafat, saat dimakamkan Sayyidina Alauddin berdiri dimakamnya dan melihat bahwa Allah yang Maha Kuasa mengutus 2 wanita surga, Ratu para Wanita Surga, sehingga Shahu Naqsyband tidak akan sendirian dalam kubur dan dia memalingkan pandangannya dari mereka. Mereka berkata kepadanya: Setidaknya lihatlah kami sehingga kami tidak akan merasa malu diantara Wanita Surga, Jannat, beliau menjawab: Tidak akan aku melihat kecuali kepada Wajah Suci Allah yang Maha Kuasa. Aku telah berjanji kepada Allah yang Maha Kuasa tidak akan melihat siapapun kecuali Wajah-Nya. Kembalilah ke tempat kau datang. Dan beliau tidak melihat mereka. Lalu Sayyidina Alauddin meneruskan rahasia-rahasia beliau kepada penerusnya yaitu Sayyidina Ya'qubu-l Charkhi. Sayyidina Ya'qubu-l Charkhi meneruskan rahasia beliau kepada Sayyidina Ubaydullahi- l Ahrari, makam beliau ada di Samarkand, di Tashkent. Sayyidina Ubaydullah kepada Sayyidina Muhammad Zahid al Bukhari. Sayyidina Muhammad Zahid al Bukhari kepada Darwisy Muhammad, juga Bukhari, semuanya dari Bukhara. Thariqah Naqsybandi dari zaman Sayyidina Yusuf al Hamadani bertolak ke Bukhara, ke seluruh negeri ini yang melintasi sungai dan itu tinggal disana. Dan kemudian Ubaydullah memberikan kepada Sayyidina Zaihd al Bukhari, ke Darwisy Muhammad, ke Sayyidina Ahmad al Amkanaki, ke Sayyidina Muhammad al Baqi-bi-llah. Sayyidina Muhammad al Baqi baru berumur 37 tahun ketika wafat. Rasulullah saw memerintahkan beliau untuk datang dari Bukhara ke India, ke Delhi, pada zaman itu disebut Dehla. Dan untuk memberikan, mengajari dan melatih sang Imam, pembaharu millennium kedua, beliau adalah Sayyidina Ahmad Al-Faruqi Al-Sirhindi dari India. Dan kemudian pembaharu tarekat millennium kedua ini dipakaikan rahasia-rahasia thariqah Naqsybandi, dan rahasia tarekat ini pun menetap di India. Pada masa itu dikenal sebagai Hindustan, belum ada India, Pakistan, Bangladesh, seluruh daerah itu dinamakan Hindustan. Itu menetap disana. Sayyidina Ahmad Faruqi memberikan itu kepada putranya, Sayyidina Muhammad Masum. Sayyidina Muhammad Masum memberikan itu kepada putranya, Sayyidina Sayfudin. Lalu itu berlanjut ke Sayyidina Nur Muhammad al Badawani yang juga berada di India. Dari Sayyidina Nur Muhammad itu ke Sayyidina Habibullah -Jaan-l Janan- juga di India. Sayyidina Habibullah -Jaan-l Janan- memberikan itu kepada Sayyidina Abdullah Dahlawi, dari Delhi, Abdullah Delhi, tapi dikenal sebagai Dahla, dari ini Dahlawi, artinya dari Delhi. Sayyidina Abdullah ad Dahlawi menunggu penerusnya datang dan pada masa Sayyidina Khalid Baghdadi, dia dari Baghdad, dia seorang Alim besar, ulama besar, dia memutuskan untuk pergi Haji dan pergilah dia. Saat sedang berhaji, dia bertanya: Ya Allah yang Maha Kuasa, pertemukan aku dengan siapapun yang merupakan Awliya-Mu! Bahkan dia seorang Grandsyaikh, namun tidak menyadari tentang dirinya sendiri, sampai dia bertemu dengan salah satu murid Sayyidina Abdullah Dahlawi dan murid tersebut memberitahukan dia tentang Syaikhnya serta keajaiban dan haqiqatnya, jadi dia berkata: Dapatkan aku pergi denganmu? Ya, pergilah bersamaku, dan mereka bertolak bersama-sama.
Dan sebelum memasuki daerah Delhi, Dahlawi, lebih dari 10 km, sekitar 15 km, Sayyidina Abdullah Dahlawi berdiri, menunggu Sayyidina Khalid datang. Menyambutnya, membawanya ke Zawiya, memintanya melakukan khalwat selama 6 bulan dan kemudian mendandani beliau dengan rahasia-rahasia, haqiqat-haqiqat dan hikmah-hikmah thariqah Naqsybandi dan berkata: Kini kembalilah ke negeramu dan beliau pun kembali ke Baghdad Irak. Di Baghdad, Rasulullah saw –secara spiritualitas selalu mendukung para Grandsyaikhnya sepanjang waktu, berada disamping mereka terus menerus, tidak pernah meninggalkan mereka walau hanya sekejab mata, Rasulullah saw bersama mereka secara spiritual, 24 jam seperti ini dan beliau meminta Sayyidina Khalid Baghdadi: Meninggalkan Baghdad, pergi Damaskus, ke Syam. Bahkan Sayyidina Khalid tidak biasa bahasa Arab pada masa itu, dia berangkat ke Syam. Dan Maulana Syekh Maulana Nazim Adil Al-Qubrusi an-Naqsabandy berkata bahwa Sayyidina Khalid sendirian di Syam, tidak kenal seorangpun, jadi Sayyidina Khalid biasa melakukan Khatm dan Zikr sendirian selama beberapa tahun. Kemudian Rasulullah saw memberitahukannya: Pergi dan duduk disudut pusat kota, katakan kepada semua orang yang bekerja: 'Datanglah setelah shalat Fajr selama 1 jam dan aku akan memberimu uang, selama 1 jam ini datang dan duduklah bersamaku.' Dan beliau biasa memberikan uang bagi para pekerja. Berapa banyak penghasilanmu satu hari, contohnya, 10 Kurush, beliau akan memberikan 10 Kurush dan datanglah. Selama 7 tahun inilah cara yang beliau lakukan agar orang melakukan Khatm, dengan uang. Lalu setelah 7 tahun Rasulullah saw memberitahukannya: Katakan kepada mereka: 'Aku tidak punya uang lagi. Siapa yang datang untuk Allah yang Maha Kuasa, datanglah. Siapa yang datang untuk uang- uangku telah habis.' Beliau terkejut ketika semua orang terus berdatangan tanpa uang, gratis, demi kepentingan Allah yang Maha Kuasa karena beliau mempunyai sebuah kekuatan Daya Tarik (Haqiqat al Jadhba ), untuk menarik mereka dengan rahasia-rahasia beliau. Dan kaum Ulama pada zaman beliau mendengar bahwa ribuan orang datang ke sang Syaikh Khalid Al-Baghdadi. Mereka datang untuk melihat sang Syaikh, mereka tahu bahwa beliau tidak bisa bahasa Arab, beliau tidak bisa bicara apa-apa: Apa yang kau katakan, kami tidak mengerti apa-apa. Bila kau ingin tinggal di Syam, Damaskus maka buatlah kami mengerti atau kau minggat dari sini. Seperti itulah kaum Ulama pada masa itu yang sangat congkak. Dan Maulana Syekh Khalid Al-Baghdadi berkata: Ya Rasulullah, kaum Ulama berkata seperti ini, apa yang akan aku lakukan? Dan Rasulullah saw memberitahu : Katakan kepada mereka, 'Esok hari setelah Fajr dalam sebuah masjid besar, Masjid Umayad Mosque, Maqam Sayyidina Yahya a.s., disanalah kita akan mengadakan perdebatan dan pertemuan. Datanglah kalian semua ke sana.' Mereka semua datang dan Sayyidina Khalid sedang duduk, berpikir: Bagaimana aku akan bicara kepada mereka, aku tidak mengerti bahasa mereka ? Tetapi aku akan menunggu. Kemudian beliau menunggu. Namun Rasulullah saw akan membukakan kepadanya. Dan baru saja mereka selesai shalat dan duduk untuk melakukan perdebatan dengannya, beliau terkejut karena berbicara bahasa Arab dengan sangat fasih, lidahnya berkata-kata dalam bahasa Arab yang baik: Bismillahir Rahmanir Rahim, malam hari aku orang Kurdi, pagi hari aku orang Arab, dimulailah, dan beliau memberikan mereka sebuah suhbat/tausyiah spiritual yang sangat kuat, sehingga mereka semua mencium tangan dan kaki beliau serta berkata : Mohon berikan kami bay'at dalam thariqah Naqsybandi. Akhirnya seluruh Mufti, Syaikhu-l Islam dan seluruh Ulama mengikuti. Kemudian, setelah beberapa tahun sebuah penyakit datang ke Damaskus, 'taun', seperti Malaria, beliau berkata: Ya Allah yang Maha Kuasa, datangkan penyakit itu ke tubuhku, jangan menyakiti seorang pun dari Ummat Rasulullah saw.
Jadi, beliau menanggung semua penyakit ini. Beliau pun jatuh sakit namun masyarakat terselamatkan dengan kehendak Allah. Dalam masa sakit itu beliau meneruskan rahasianya kepada penerusnya yaitu Syaikh Ismail asy Syirwani. Syaikh Ismail hidup hanya 2 minggu setelah wafatnya Sayyidina Khalid Baghdadi karena dia juga terinfeksi oleh penyakit ini. Dan kemudian, pada masa itu, datang dari Daghestan yaitu Sayyidina Khas Muhammad. Sayyidina Khas Muhammad bertemu dengan Sayyidina Khalid 2 hari sebelum wafat dan beliau melengkapi Sayyidina Khas Muhammad dalam 24 jam dan memerintahkan kepada muridnya Sayyidina Syaikh Ismail asy Syirwani untuk mendandani juga Sayyidina Khas Muhammad dengan rahasia-rahasia thariqah Naqsybandi. Ia pun berkata kepadanya: Pergilah dengan keajaiban-keajaiban , dengan satu langkah ke negerimu lagi, jangan menetap di Damaskus, karena penyakit melanda. Jadi, dengan satu langkah Khas Muhammad mengambil rahasia dan kembali ke Daghestan. Dan kemudian di Daghestan dari Sayyidina Khas Muhamad menurunkan ilmu spiritual tarekat Naqshabandi ke Sayyidina Muhammad Effendi Yaraghi Daghestani. Dari Sayyidina Muhammad Effendi, diturunkan lagi Ijazahnya ke Sayid Jamaludin Ghumuqi Husayni, yang makam beliau ada di Istanbul Turki. Dan dari Sayyidina Jamaludin rahasia diteruskan ke Sayyidina Abu Ahmad as Sughuri. Sayyidina Abu Ahmad as Sughuri meneruskannya ke tangan Sayyidina Abu Muhammad Madani, namun Sayyidina Abu Ahmad as Sughuri tidak memberikannya Imamiyat dalam thariqah Naqsybandi. Sayyidina Abu Ahmad as Sughuri memberitahu : Kau akan menjaga rahasia itu untuk Syaikh Syarafudin ad Daghestani (guru Syaikh Abdullah Dhagestani), karena pada masa itu Syaikh Syarafuddin baru berusia sekitar 6-7 tahun dan ketika Sayyidina Abu Ahmad as Sughuri wafat, rahasia itu masih ada ditangan Abu Muhammad Madani dan beliau memberikannya setelah Syaikh Syarafuddin selesai melakukan suluk. Abu Muhammad Madani mendandani Sayyidina Syaikh Sharafuddin dengan rahasia-rahasia ketuhanan. Ketika beliau mendandani Syaikh Sharafudin Ad-Dhagestani, Sayyidina Ahmad as Sughuri langsung dating secara spiritual kemudian Abu Muhammad memberitahukan Sayyidina Syaikh Sharafuddin yang juga merupakan paman dari Syaikh Sharafudin. Beliau berkata : Keponakanku, mohon lengkapilah aku untuk menjadi Imam dalam thariqah Naqsybandi”. Karena pada hakikatnya jalur sanad spiritualku sendiri adalah Imam dari 40 thariqah, tapi bukan untuk thariqah Naqsybandi pada sanad rantai emas. Selanjutnya Dan dia berkata : Anakku sharafudin, Maulana Syaikh Abdullah Fa’iz ad Daghestan lah, yang merupakan penerusmu. Selanjutnya Syaikh Abu Muhammad memberitahukannya : Anakku Sharafudin, berilah dia suluk dulu selama 40 hari untuk melengkapi spiritualitasnya dan dandanilah dia dengan Imamiyah thariqah Naqsybandi. Dan akhirnya Grandsyaikh Abdullah Dhagestani dilengkapi imamiyah thariqah setelah melakukan suluk. Sayyidina Abu Muhammad al Madani juga mendandani dia dengan Imamiya dari thariqah Naqsybandi, pada akhir 40 hari. Dan ketika pada akhir 40 hari syaikh Abdullah Dhagestani melakukan suluk, Sayyidina Abu Muhammad al Madani wafat. Sang GrandSyaikh Abdullah telah diperintahkan oleh Syaikh Sharafuddin suatu amanat : Ketika aku wafat (Abu Muhammad), janganlah Grandsyaikh Abdullah tinggal semenitpun di negara ini. Pergilah untuk mengambil thariqah Naqsybandi ke Syam, ke Damaskus lagi dan begitulah dia emigrasi ke Damaskus. Saat itu tahun 1936. Dia beremigrasi, dan baru saja memasuki Damaskus, Grandsyaikh Abdullah langsung melakukan suluk selama 6 tahun dibawah bimbingan Syaikh Sharafudin. Beliau tidak berbicara dengan siapapun di sebuah makam seorang Awliya yang disebutsebut bernama Syaikh Hassan Jabawi, dalam pekuburan itu Grandsyaikh Abdullah duduk dalam pekuburan selama 6 tahun. Enam tahun, hingga pada akhirnya yang mulia imam tarekat pada mellenium ketiga yaitu Muhammad Syaikh Nazim qs datang; dia telah mendengar tentang beliau dan datang bersama seorang Syaikh dari Homs untuk bertemu dengan Sultannya para Aulia, Quthub Naqib Al-Ummah, Syekh Maulana Abdullah Fa’iz ad Daghestani. Selama masa khalwat 6 tahun itu, beliau tidak menemui seorang pun, namun ketika kedatangan Maulana Syaikh Nazim Adil Qubrusi An-Naqshabandi Haqqani, beliau langsung membukakan pintu, menyilahkan mereka kedua tamunya untuk masuk dan berkata: “Amanah anda !, harta anda, ada padaku, anakku Nazim. Kau harus mengikutiku dengan perintah Rasulullah saw. Dari masa itu Maulana Syaikh Nazim mengikuti dan beliau. Selanjutnya pada masa inilah Syaikh kita Muhammad Nazim Effendi didandan Sultanul Aulia Abdullah Fa’iz Dhagestani dengan Samudera-samudera Haqiqat, Rahasia dan Hikmah ilahiah. Grandsyaikh Abdullah juga telah mendandaninya dengan atribut Sultanu-l Awliya, dan Syekh Abdullah Fa’iz sebagai seorang Sultannya dari sultan Aulia, beliau mendandani Syekh Nazim dengan seluruh maqam Qutubiyah dari ke-40 Grandsyaikh tarekat Naqsabandiyah mulai dari zaman Rasulullah saw hingga saat ini. Dan dia menunjukkanya untuk menjadi orang yang membukakan rahasia suci Al Qur'an Suci kepada Imam Mahdi a.s.
Seperti inilah Allah yang Maha Kuasa merahmati kita dengan bertemu dengan Maulana Syaikh Nazim menjadi dibawah ajaran dan pelatihan beliau. Alhamdulillah! Bahkan ketika seorang murid melihat ke mata beliau (Syaikh Nazim) saja sudah cukup untuk membuka pintu rahmat di qalbu murid, karena jika kau melihat ke mata beliau, itu adalah mata yang melihat Rasulullah saw secara spiritual, mata yang melihat seluruh Grandsyaikh, mata yang melihat sejumlah 124.000 Nabi, mata yang melihat semua yang ada dalam Divan atau asuhan Rasulullah saw, dalam Divan suci Rasulullah saw dan inilah kehormatan besar bagi kita karena setelah para Sahabat, pengikut para Sahabat, mereka biasa menyebutnya, Tabi'in: Jika kau ingin melihat sepasang mata yang melihat Rasulullah saw, pandanglah mata Syaikh Nazim. Imam ke 40 dari mata rantai jalur spiritual Tarekat Naqshabandi yang diterima oleh Abu Bakar As-Shidik secara langsung di dalam gua suci untuk pertama kalinya.
Bagaimana dengan kita? Kita melihat mata yang tajam menusuk ke qalbu yang pada hakikatnya dalam tiap kesempatan secara spiritual kita juga melihat spiritual Rasulullah saw dan 124.000 nabi, mata semua Awliya, sampai Imam Mahdi a.s., Sahibu Zaman. Jadi inilah sebuah kehormatan besar bagi kita, Alhamdulillahi Rabbi-l 'Alamin, dan untuk ini kita adalah orang yang diberkahi oleh Allah yang Maha Kuasa dan dikaruniai menjadi pengikut Imam Awliya, Imam dan Sultan Awliya, pada masa ini tidak ada Awliya bagi ummah yang punya otoritas membimbing umat seluruh dunia kecuali Syekh Nazim sebagai Quthubuzaman yang membawa kekuatan spiritual teramat besar bagi umat. Untuk aulia yang lain, Allah menyembunyikan mereka dan Rasulullah saw, hanya menjaga Maulana Syaikh Nazim agar berada ditengah-tengah Ummah manusia. Namun sayangnya hanya sedikit orang terbuka hatinya yang mendapat kesempatan ini untuk menjadi murid dan berada dalam bimbingan spiritualitas beliau. Dan untuk ini, dengan rahasia beliau, sekarang kita melihat banyak orang datang dari mana-mana. Kemanapun kau pergi, banyak orang mendengar nama Syaikh Nazim Adil Qubrusi Naqshabandi Haqqani Al-Hasani disebut, semua orang, manusia dan jin serta para malaikat pun menghormati ketika nama beliau disebutkan dimana-mana, semua orang menjelaskan. Dan ini dikaruniai oleh Allah yang Maha Kuasa dan Rasulullah saw bagi ummat ini, ummat terakhir sebelum munculnya Imam Mahdi a.s., bahkan ketika beliau dan Grandsyaikh Abdullah melakukan khalwat bersama-sama, Allah secara langsung memberikan suatu kehormatan begitu besar kepada kedua mursyid ini sebagai pemberi syafaat setelah Rasulullah. Itulah sebabnya. Grandsyaikh Abdullah disebut sebagai Ghawth al-alam. Dalam spiritualitas Rasulullah cuma ada 9 orang Aulia Allah sampai akhir zaman yang mendapat predikat Ghawth, dan salah satunya adalah gurunya dari guru kita, Grandsyaikh Abdullah Fa’iz Dhagestani. Dan kekuatan itu pun akhirnya diserahkan kepada guru suci Syaikh Nazim yang telah memiliki kekuatan Awliya yang sangat besar diantara para aulia yang mana tugasnya untuk mengarahkan mereka, untuk membimbing mereka, ke zaman Mahdi a.s. Dan seluruh Pengetahuan ilahiah ini diberikan darinya dari hati ke hati, diberikan kepada seluruh muridnya, lebih banyak secara ruhani tanpa disadari oleh murid diseluruh dunia dibandingkan secara fisik. Dan untuk ini beliau berkata “kau akan merasa dirimu sebagaimana jika kau merasa sangat kaya dalam spiritualitas dan cahaya. Bahkan bila hati kita tidak bersama beliau sepanjang waktu, spiritualitas beliau akan selalu terhubung ke jantungmu yang langsung dari hadirat Rasulullah dan akhirnya sampai kepada Allah Ta’ala. Karena hakikatnya spiritualitas beliau adalah dalam semua kesempatan-kesempatan bersama seluruh murid beliau.
Dimanakah seluruh murid beliau ? Grandsyaikh biasa berkata: Anakku, Maulana Syaikh Nazim yang berarti, beliau mempunyai kekuatan untuk bersama semua orang bersama semua orang dari ummah Rasulullah saw. Berapa banyak –milyaran- beliau mempunyai milyaran spiritualitas untuk disebarkan. Dan ini tidak begitu, sesuatu yang begitu tinggi, bukan, ini juga, semua Awliya dapat melakukannya -bagaimana dengan Sultan Awliya ? pastilah itu sesuatu yang mungkin dan sangat mudah karena Allah telah mendandani mereka dengan Qudrat-Nya. Sebagai contoh adalah ketika Sayyidina Shahu Naqsyband diundang seorang Murid pada bulan Ramadhan, dia menjawab: Aku akan dating ke tempatmu, kemudian murid yang lain mengundang, dan beliau pun berkata : Aku akan datang, lebih dari ratusan undangan dan beliau tetap berkata: Aku akan datang, pada hari yang sama. Menantunya bertanya : Bagaimana kau akan mendatangi semua undangan pada hari yang sama ? Beliau menjawab: Kau datang dan perhatikanlah, dan kemudian, mereka semua, pada waktu Maghrib, saat berbuka puasa, mereka semua, pintu diketok dan Sayyidina Shahu Naqsyband masuk. Lebih dari seratus murid, lebih dari seratus Shahu Naqsyband dalam tiap rumah yang dimasuki. Seperti inilah Awliya. Mereka mempunyai kekuatan spiritual tinggi untuk bersama dengan tiap orang; bahkan bila kau ada di Timur, dia di Barat, dia bersamamu! Seperti inilah Allah yang Maha Kuasa mendandani mereka, dengan kekuatan ini, kekuatan tuhan, dan Allah yang Maha Kuasa berfirman: Setiap orang yeng mendekati-Ku dengan Sunnah Rasulullah, dengan cinta kepada Rasulullah, dengan rekomendasi, bukan kewajiban tapi dengan Sunnah, yang artinya seluruh jenis Nawafil atau Sunnah Rasulullah saw, bahkan sebuah cincin adalah sebuah Sunnah Rasulullah, shalat 2 raka'at adalah sebuah Sunnah, memanjangkan janggut adalah sebuah Sunnah, mempunyai sebuah surban adalah Sunnah; segala sesuatu yang mendekatkan seorang kepada Allah yang Maha Kuasa dengan Sunnah Rasulullah saw, Allah Maha Kuasa berfirman : Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, Aku akan mendandaninya dari Mata-Ku ke matanya, dari Telinga-Ku ke telinganya, dari Lidah-Ku ke lidahnya, dari Tangan-Ku ke tangannya. Aku akan mendandaninya dengan sebuah tubuh ketuhanan, jika dia berkata sesuatu, Jadilah !, maka akan terjadi. Seperti inilah Allah yang Maha Kuasa berfirman bagi Mukmin, kaum beriman. Lalu bagaimana dengan kekuatan yang telah diberikan Allah kepada Awliya, bagaimana dengan Sultan Awliya, bagaimana menurutmu? Tidak bisa dibayangkan. Semoga Allah yang Maha Kuasa mengampuni, memberkahi dan mendandani kita dengan ampunan, rahmat dan menjadikan kita hamba-hamba Allah Maha Kuasa yang tulus, hamba-hamba Ummatu Rasulullah saw yang tulus, Murid-murid yang tulus kepada Maulana Syaikh Nazim, kepada Grandsyaikh, kepada seluruh Grandsyaikh dan para pengikut yang tulus sampai kepada Imam Mahdi a.s.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar